diperlihatkan kediaman seseorang diakhirat, baik neraka atau surga dapat dijadikan bukti bahwa arwah berada didalam kubur dan juga tidak dapat menjadi indikasi rusaknya kubur, bahkan justru merupakan indikator bahwa arwah mempunyai hubungan dalam kubur yang menjadi absah jika diperlihatkan tempat kediamannya tersebut, karena arwah mempunyai kondisi lain, yang di dalam pandangan Allah SWT.
meski persepsi semacam ini menimbulkan sebuah kesalahan dengan menyamakan yang abstrak dengan yang realitas, sehingga terdapat keyakinan bahwa arwah merupakan sebagian jenis dari jasad kasar yang mesti butuh kepada sebuAh tempat dan tidak mungkin berada di lain tempat, ini jelas kesalahan besar.
pada malam perjalanan Rasulullah SAW melihat Nabi Musa as berdiri menunaikan shalat di dalam kuburnya dan disaat yang sama beliau saw melihatnya berada di langit ke enam, maka ruhnya berada disana seperti halnya berada dalam tubuh kasar. Dia mempunyai kaitan terhadap tubuh, dimana dia dapat shalat di dalam kuburnya dan dapat menjawab salam, sementara disaat yang sama dia dapat berada di sisi Tuhan Yang Maha Tinggi. Kedua Fenomena itu tidaklah kotradiktif, karena kondisi arwah tidaklah sama dengan kondisi tubuh kasar.
sebagian pakar mencoba mentamsilkan kondisi ini dengan matahari dengan sinarnya berada dibumi, meski tamsil semacam itu tidaklah tepat, mengingat sinar hanyalah bias dari mentari, sedangkan untuk arwah dia memang dirinya sendiri. demikian halnya penglihatan Rasulullah SAW terhadap para Nabi di langit. sebenarnya beliau saw lihat di langit adalah arwah yang berbentuk seperti halnya tubuh kasar, sedangkan mereka hidup di dalam kubur mereka, menunaikan ibadah.
0 comments:
Post a Comment